DIFUSI INOVASI KOMUNIKASI
PEMASARAN
MAKALAH INI DENGAN MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH
JURNALISTIK ONLINE
Dosen : Merry Fridha
Disusun Oleh :
Helmy Vidyasari
1010540023
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Illahi rabbi yang
telah memberikan nikmat, rahmat serta kekuatan-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini.
Shalawat beserta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada baginda Muhammad SAW sebagai pengemban amanah mulia
untuk menyampaikan kalam-kalam suci nan agung dari Sang Khalik.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih
saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
tugas ini.
Insyaallah dalam tulisan ini saya
akan mencoba sedikit menguraikan beberapa hal terkait dengan “Difusi Inovasi
Komunikasi Pemasaran”.
Kami sangat menyadari bahwa makalah
ini sangat jauh dari kesempurnaan. Baik itu dalam segi isi maupun penulisan.
Oleh karena, itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dalam penulisan pada masa yang akan datang.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Blitar , Desember
2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................................
i
DAFTAR
ISI ...................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ....................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C.
Metode Penelitian ..................................................................................... 2
D.
Sistematika Penulisan ..................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Difusi dan Inovasi..................................................................................
4
B. Sejarah perkembangan
difusi inovasi.......................................................................
7
C. Elemen Difusi Inovasi …………….........................................................................
9
D. Tahapan dari Proses Pengambilan
Keputusan Inovasi.............................................. 9
E. Tokoh Pemikir dan Buah
Pikirannya dari Berbagai Asumsi Dasar……………… 12
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ...................................................................................... 13
B.
Saran ...................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia dengan akalnya telah dapat
menunjukkan kelebihan anugrah Tuhan dengan kemampuannya menciptakan berbagai
macam sarana yang dapat digunakan untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan
lingkungannya untuk kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Pada mulanya ada tiga hal yang
menjadi dasar kebangkitan kemajuan kehidupan umat manusia yaitu diciptakannya
bahasa tulis kira-kira lima atau enam ribu tahun yang lalu, disusul dengan kemampuan
mengoperasikan hitungan sederhana kira-kira seribu tahun kemudian dan
diciptakannya mesin cetak sekitar lima ratus tahun yang lalu.
Dengan bahasa tulis kita mampu
merekam (mencatat) berbagai macam informasi secara permanen serta mampu
mengirimkan pesan dengan menerobos keterbatasan ruang dan waktu. Dengan operasi
hitung kita dapat mengolah data kuantitatif yang akurat. Dengan mesin cetak
kita dapat menyalin dan memperbanyak bahan tulisan dengan cara cepat dan rapi
serta menyebar luaskannya ke generasi berikutnya.
Perkembangan zaman berikutnya
kemajuan teknologi semakin cepat seperti photografi, photocopy,
cinemaphotografi, telegrafi, telephon, radio komunikasi, radar, dan berbagai
macam digital computer elektronik. Teknologi ini berkembang ke berbagai bidang
kehidupan seperti di toko, di sekolah, perguruan tinggi, kantor bahkan ke rumah
tangga.
Hasil kemajuan teknologi memang
dapat didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi
kemajuan dan perubahan ini terkadang banyak orang yang masih belum mau menerima
apalagi melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari bahwa sesuatu yang
baru itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan mau menggunakan
atau menerapkannya.
Dari permasalahan ini ternyata
memang ada jarak antara mengetahui dan mau menerapkannya serta menggunakan atau
menerapkan ide yang baru tersebut. Maka dalam proses penyebaran inovasi timbul
masalah yakni bagaimana cara untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh
masyarakat (sasaran penyebaran inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut maka
difusi inovasi menarik perhatian para ahli pengembangan masyarakat dan
dipelajari secara mendalam.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan difusi inovasi?
2. Sejarah perkembangan
difusi inovasi
3. Apa saja elemen-elemen pokok difusi inovasi?
4. Apa
saja tahapan-tahapan proses pengambilan keputusan inovasi?
5. Bagaimana
Penerapan dan keterkaitan teori
C.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami
selaku penulis menggunakan metode “deskriptif” yaitu dengan menggunakan studi
pustaka dan mengumpulkan informasi atau data dari beberapa buku dan browsing
dari internet.
D.
Sistematika Penulisan
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Difusi dan Inovasi
B.
Sejarah Perkembangan Difusi Inovasi
C. Elemen Difusi Inovasi
D. Tahapan Peristiwa yang Menciptakan
Proses Difusi Inovasi
E. Tokoh
Pemikir dan Buah Pikirannya dari Berbagai Asumsi Dasar
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DIFUSI dan INOVASI
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan
kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai
proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam
jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the
process by which an innovation is communicated through certain channels
overtime among the members of a social system). Disamping itu, difusi juga
dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek,
atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat.
Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh
sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung
apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda
tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka Difusi Inovasi adalah suatu proses
penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu
masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang
lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu
ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
Tujuan
utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu pengetahuan,
tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial
tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi
sampai kepada masyarakat.
B.
SEJARAH
PERKEMBANGAN DIFUSI INOVASI
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20,
tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan
Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada
dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau
sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu
dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya
menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa
menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers
(1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped
diffusion curve is of current importance because “most innovations have an
S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat
difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal
Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para
petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus
menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan
penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the
agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a
cumulative basis over time.”
Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi
pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan
berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya,
dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti
Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F.
Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation:
A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis
Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).
Esensi
Teori
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses
bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran
tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal
tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the
process by which an innovation is communicated through certain channels over
time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa
difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan
pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi
menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or
creation to its ultimate users or adopters.”
C. ELEMEN
DIFUSI INOVASI
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam
proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang
yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur
secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide
dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep
’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk
menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih
saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan
diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan
tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien,
adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap
atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling
tepat adalah saluran interpersonal.
(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi,
dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau
menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan
dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan
keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih
lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam
sistem sosial.
(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda
secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam
rangka mencapai tujuan bersama
Lebih lanjut teori yang dikemukakan
Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses
pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang
variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan
dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap
tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived
atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of
innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels),
(4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen
perubah (change agents).
D. Tahapan dari Proses Pengambilan
Keputusan Inovasi
Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan
inovasi mencakup:
1. Tahap Munculnya
Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat
dan bagaimana suatu inovasi berfungsi
2. Tahap Persuasi (Persuasion)
ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap
baik atau tidak baik
3. Tahap Keputusan (Decisions)
muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat
dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah
inovasi.
4. Tahapan Implementasi (Implementation),
ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan
penggunaan suatu inovasi.
5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation),
ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan
terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
Kategori
Adopter
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam
kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat
keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan
yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi,
yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan
adopter dapat dilihat sebagai berikut:
1.
Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.
Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan
ekonomi tinggi
2.
Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam
penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang
dihormati, akses di dalam tinggi
3.
Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya:
penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4.
Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam
penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau
tekanan social, terlalu hati-hati.
5.
Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum
kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan
opinion leaders,sumberdaya terbatas.
Penerapan dan keterkaitan teori
Pada
awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi
Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi
merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada
dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker
(1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan
sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur
dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan,
yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3)
konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana
ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana
ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan
konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari
adopsi atau penolakan inovasi.
Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi
berkembang lebih jauh di mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses
perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi
inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang berkembang di
masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses difusi
inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’
(Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini
antara lain dikemukakan Parker (1974), yang mendefinisikan difusi
sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi
atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan
dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi
merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari
inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal
yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.
Berkaitan
dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the Dissemination
of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat) dimensi
pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu
1. Dimensi
Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang
bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.
2. Dimensi
Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru
dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.
3.
Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan
atau produk tersebut dikemas dan disalurkan.
4.
Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk
dimaksud.
Tujuan komunikasi adalah
tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau
lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru)
melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam komunikasi inovasi, proses
komunikasi antara (misalnya penyuluh dan petani) tidak hanya berhenti jika
penyuluh telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan
tentang inovasi yang disampaikan penyuluh. Namun seringkali (seharusnya)
komunikasi baru berhenti jika sasaran (petani) telah memberikan tanggapan
seperti yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima atau menolak inovasi
tersebut.
Dalam proses difusi inovasi,
komunikasi memiliki peranan penting menuju perubahan sosial sesuai dengan yang
dikehendaki. Rogers dan Floyed Shoemaker (1987) menegaskan bahwa “difusi
merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan inovasi. Ini berarti
kajian difusi merupakan bagian kajian komunikasi yang berkaitan dengan
gagasan-gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi semua bentuk
pesan”. Jadi jika yang dikomunikasikan bukan produk inovasi, maka kurang lazim
disebut sebagai difusi.
Teori difusi inovasi sangat
penting dihubungkan dengan penelitian efek komunikasi. Dalam hal ini penekannya
adalah efek komunikasi yaitu kemampuan pesan media dan opinion leader untuk
menciptakan pengetahuan, ide dan penemuan baru dan membujuk sasaran untuk
mengadopsi inovasi tersebut.
E. Tokoh Pemikir dan Buah Pikirannya dari
Berbagai Asumsi Dasar
Teori
dan penelitian-penelitian komunikasi dua tahap memiliki asumsi-asumsi sebagai
berikut :
a.
Model
Lasswell
Salah satu teoritikus
komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam
artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan
sering dikutif banyak orang yakni: Siapa
(Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel),
kepada siapa (to whom) dan
pengaruh
seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
b.
Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi.
Teori ini berawal dari hasil
penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye
pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses
stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian
menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon
tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus
informasi dan menentukan pendapat umum.
1) Individu tidak terisolasi
dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial
dalam berinteraksi dengan orang lain.
2)
Respon dan rekasi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung
dan segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan
sosial tersebut.
3) Ada dua proses yang langsung, yang pertama mengenai penerima dan perhatian, yang kedua berkaitan dengan espon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau menyampaikan informasi.
3) Ada dua proses yang langsung, yang pertama mengenai penerima dan perhatian, yang kedua berkaitan dengan espon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau menyampaikan informasi.
4)
Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki
berbagai peran yang berbeda dalam proses komunikasi, dan khususnya dapat dibagi
atas mereka yang secara aktif menerima dan meneruskan/enyebaran gagasan dari
media, dan mereka yang sematamata hanya mengandalkan hubungan personil dengan
orang lain sebagai penentunya.
5)
individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai oleh
penggunaan media massa yang lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi,
anggapan bahwa didinya berpengaruh terhadap orang lain, dan memiliki peran
sebagai sumber informasi dan panutan.
c. Uses
and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori
ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori
ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang
aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media
yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media
mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen
dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1)
Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi
antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat,
termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal
individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang
menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian
persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan (8) perbedaan
pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat
memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus
akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik,
kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
d. Uses
and Effects
Pertama kali dikemukakan Sven
Windahl (1979), merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications
dan teori tradisional mengenai efek. Konsep use (penggunaan) merupakan bagian
yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai
penggunaan media akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang
hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media dapat memiliki
banyak arti. Ini dapat berarti exposure yang semata-mata menunjuk pada tindakan
mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses
yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat
dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada pengertian yang kedua.
e. Teori Agenda Setting
e. Teori Agenda Setting
Agenda-setting
diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa
jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap
penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media
diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini
berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
Model
Konseptual Agenda Setting: Lihat McQuail & Windahl (1993)
f. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
f. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori
ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang
memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur
kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat
masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang
memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada
tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Inovasi (innovation) adalah suatu
ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal
yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi diadakan
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Difusi didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama
jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat
dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide
baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan
sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata
inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi
oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa
individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.
B.
Saran
Jika kita ingin inovasi cepat diadopsi oleh masyarakat, hal
pertama yang harus diperhatikan oleh kita adalah difusi apa yang tepat
digunakan untuk menyebarkan inovasi. Karena pada dasarnya terdapat perbedaan di
masyarakat dalam mengadopsi atau menerima inovasi. Ada sekelompok masyarakat
yang cepat dalam menerima inovasi, ada juga yang membutuhkan waktu yang lama
untuk menerima suatu inovasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Abdillah. 1987. Memasyarakatkan
Ide-Ide Baru. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional
Rogers, E.M. dan Shoemaker,F.F.,
1971, Communication of Innovations,London:
the Free Perss.
Rogers, Everett M., 1983, Diffusion
of Innovations. London: The Free Press.
Rogers, Everett M, 1995, Diffusions
of Innovations, Forth Edition. New York: Tree Press.
Brown, Lawrence A., Innovation
Diffusion: A New Perpevtive. New York: Methuen and Co.
Bungin, B.2007. Sosiologi
Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Kencana. Jakarta.
Dilla, S. 2007. Komunikasi
Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Simbiosa. Bandung.
Levis, L. R. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Nasution, Z.2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta.
Levis, L. R. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Nasution, Z.2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali Pers. Jakarta.
Nurudin,
2005. Sistem Komunikasi Indonesia Rajawali Pers. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar